Jika menelusuri asal-muasalnya,
klaim “Semua agama benar” lahir dari perasaan gundah gulana dan rasa iba
sebagian cendekiawan dan kaum intelek atas wajah agama yang kerap tampil ambigu
atau mendua. Satu saat agama diakui memberikan sumbangsih yang tidak sedikit
terhadap peradaban, kebudayaan, dan perilaku baik manusia, namun di pihak lain
agama justru seringkali menjadi sumber konflik paling dahsyat yang
mengakibatkan terjadinya tragedi kemanusiaan. Dari rahim agama ini tak terhindarkan
pertikaian bahkan peperangan antar umat beragama, seperti antara Kristen dan
Islam dalam perang salib, bantai membantai antara Katholik dan Protestan di
Eropa, Hindu dan Islam di India, Yahudi dan Islam di Palestina, serta sederet
bukti-bukti keterlibatan agama dalam kancah perseteruan sesama manusia.
Upaya ke arah perdamaian antar
agama telah digagas oleh para tokoh agama. Seperti tahun 1970 di Kyoto dan 1974
di Louvain diselenggarakan World
Conference on Religion and Peace. Dilanjutkan pada tahun 1979 di Princeton. Lalu tahun 1993 di Chicago diadakan World Parliament of Religions yang tak
tanggung-tanggung diikuti 6500 anggota Majelis Parlemen Agama-agama Dunia. Inti
dari sejumlah pertemuan tadi ialah menyadari pentingnya menciptakan perdamaian
di antara para pemeluk agama yang berbeda, saling menghargai, saling menolong,
saling melindungi, tidak ada perasaan superioritas atau inferioritas.
Entah karena merasa misi
perdamaian yang mereka usung telah gagal dengan indikasi masih banyak (bahkan
cenderung meningkat) pertentangan antar umat beragama, padahal waktu dan tenaga
telah terkuras serta dana yang tidak sedikit telah terbuang, cendekiawan dan
kaum intelek itu meluncurkan konsep yang dianggap lebih greget untuk
mengakhiri konflik agama. Mereka menyerukan setiap pemeluk agama untuk me-reinterpretasi
(mengkaji ulang) pemahaman keagamaan yang selama ini kadung menjadi keyakinan
umum yang telah dianggap selesai tanpa kritik. Tidak kepalang mereka
berkesimpulan, selama manusia masih bersikap ekslusif dan anti-pluralis, yakni
merasa benar dengan agamanya dan menyalahkan ajaran agama lain, maka
bibit-bibit perpecahan akan selalu menguntit dan membuntuti. Namun bila setiap
orang bersikap inklusif, pluralis, dan nonsektarian, artinya meyakini kebenaran
agamanya sekaligus membenarkan jalan yang ditempuh agama lain tanpa ada yang
merasa lebih superior dan paling benar daripada yang lain, tentu
perdamaian, ketentraman, kesejukan, dan kesentosaan antar pemeluk agama akan
terwujud. Demikian kira-kira gagasan yang dapat kita tangkap dari beberapa
lontaran pemikiran mereka tentang pluralisme agama yang mereka sebar di
berbagai media, baik cetak maupun elektronik.
Dalam memuluskan ide gila ini,
kalangan cendekiawan muslim tak segan-segan mencari-cari pembenaran dari ayat-ayat
Al-Quran yang kadang dipenggal-penggal dan ditafsiri dengan tafsir sendiri yang
validitasnya sangat diragukan. Tak hanya itu, hadits-hadits nabi yang dianggap
akan mematahkan argumentasi sesatnya, walaupun telah dishahihkan ahli hadits, sengaja dikritik habis-habisan
dengan menggunakan metode yang tidak lazim digunakan oleh kalangan pakar
hadits, seperti yang sering dilakukan Fatima Mernisi dan Abu Rayyah yang tidak
mau mematuhi rambu-rambu kritik hadits.
Dalam mengusung tema pluralisme,
Nurcholish Madjid atau Caknur telah melakukan kekeliruan besar atas maksud
surat Asy-Syura ayat 13 yang berbunyi,
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّيْنِ مَا وَصَى
بِهِ نُوْحًا وَالَّذِى أَوْحَيْنَا اِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ اِبْرَاهِيمَ
وَمُوسَى وَعِيسىَ اَنْ أَقِيْمُوْا الدِّينَ وَلاَ تَتَفَرَّقُوْا فِيْهِ كَبُرَ
عَلَى الْمُشْرِكِيْنَ مَا تَدْعُوْهُمْ اِلَيْهِ أللهُ يَجْنَبِى اِلَيْهِ مَنْ
يَشآء وَيَهْدِى اِلَيْهِ مَنْ يُنِيْبُ
“Dia (Allah) telah mensyariatkan bagi kamu
apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu
tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi
orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada
agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada-Nya orang yang
kembali.” (Q.S. Asy-Syura:
13).
Ayat di atas dijadikan pijakan
oleh Caknur untuk berpendapat seperti berikut:
“Jadi,
sudah seharusnya kita menghormati keberadaan agama-agama itu tanpa
membeda-bedakannya. Justru perasaan berat untuk bersatu dalam agama itu
disebutkan sebagai sikap kaum musyrik, penyembah berhala (kaum pagan).
Sedangkan perbedaan antarberbagai agama itu hanyalah dalam bentuk-bentuk jalan
(syir’ah atau syari’ah) dan cara (minhaj) menempuh jalan itu.” (Kompas, Rabu 30
Mei 2001).
Kita tak habis pikir untuk
mencocokkan ayat di atas dengan jalan pikiran Caknur. Lafad yang mana dari ayat
tadi yang mengakui keberagaman agama para nabi sehingga kita harus menghormati
keberadaan agama-agama itu tanpa membeda-bedakannya? Bila Caknur menyebut bahwa
agama Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad berbeda sebagai mafhum dari
ayat di atas, maka jauh sebelum Caknur, Ibnu Katsir telah menjelaskan ayat
tersebut dengan mengatakan, “Adapun agama
yang telah dibawa oleh semua rasul adalah ihwal peribadatan hanya kepada Allah
dan tidak mengadakan serikat bagi-Nya.”
Selanjutnya Ibnu Katsir
menafsirkan ayat, “Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru
mereka kepadanya’, yaitu mereka
sangat keberatan dan mengingkari ketauhidan yang kamu serukan, hai Muhammad,
kepada mereka.” Sementara Imam Al-Qurthubi dalam Al-Jami' li Ahkamil Quran,
juz 16, ia menafsirkan ayat, ”Tegakkanlah agama" yaitu,
"(Seluruh nabi harus) Mentauhidkan Allah dan menaati-Nya, dan beriman
kepada rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, dan kepada hari pembalasan."
Bagaimana kita bisa menyebut Yahudi, Nasrani, Majusi, Hindu, dan Budha beriman
kepada Allah padahal mereka tidak mengimani (memusuhi) Nabi Muhammad dan kitab Al-Quran.
Jadi, agama seluruh rasul dan
nabi semenjak Adam sampai Nabi Muhammad tidak berbeda-beda sebagaimana yang
diyakini Caknur. Agama para nabi dan rasul itu adalah agama yang mentauhidkan
Allah dan melarang manusia memusyrikan-Nya, dan tidak ada satu pun agama yang
memiliki sifat dan misi seperti itu kecuali Islam. Dengan demikian, agama para
rasul dan nabi adalah Islam.
Dr. Sa’id Hawwa dalam muqaddimah
kitab Al-Islam menguatkan pernyataan di atas, bahwa Islam merupakan
agama para rasul dan nabi. Beliau membeberkan berbagai perkataan nabi dan rasul
dalam ayat-ayat Al-Quran. Beliau juga mengutip sebuah riwayat Al-Bukhari,
Muslim dan hadits Abu Daud yang berbunyi,
اَلأَنْبِيَاءُ اِخْوَةٌ أَبْنَاءُ
عَلاَتٍ أُمَهَّاتُهُمْ شَتَّى وَدِيْنُهُمْ وَاحِدٌ
“Seluruh nabi itu bersaudara, mereka
anak-anak dari perempuan-perempuan yang berbeda dan agama mereka satu”. (H.R. Bukhari Muslim).
Tak diragukan lagi, bila kita
menerima ide pluralis-nya Caknur, Ulil Abshar Abdalla, Dawam Rahardjo dan
konco-konconya, maka kita sama dengan meruntuhkan bangunan akidah Islam dan
menghapus esensi atau jati diri Islam itu sendiri. Nantinya tidak akan ada lagi
cap murtad bagi orang yang keluar dari Islam serta konsekuensi-konsekuensi yang
harus diterimanya, seperti dibunuh berdasarkan sabda Nabi Muhammad,”Man
baddala diinahu faqtuluuhu “ (Barangsiapa yang mengganti agamanya
–murtad- maka bunuhlah), juga hartanya tidak akan dianggap lagi fa’i
(rampasan) sebagaimana kesepakatan madzhab Hambali, Hanafi dan Syafi’i. Ikrar syahadah yang berisi pengingkaran
terhadap tuhan-tuhan selain Allah, hanyalah bunyi tanpa makna, sebab mengakui
kebenaran ajaran agama Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha, Konghucu dan sebagainya
berarti kita telah mempersamakan dan mensejajarkan Allah dengan Uzair, Yesus,
dan Dewa-dewa, padahal Allah telah memerintahkan umat Islam untuk menjauhi dan
memusuhinya. Allah berfirman,
وَ لَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ
رَسُوْلاً أَنِ اعْبُدُوااللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ
“Dan sungguh Kami telah mengutus pada
setiap umat seorang rasul untuk menyembah Allah dan menjauhi thaghut.” (Q.S. An-Nahl: 36).
Siapapun manusia yang hari ini
tidak mau menerima misi Nabi Muhammad sampai ajal menjemputnya, maka tak perlu
sungkan untuk mengatakan tempat kembali mereka adalah neraka. Rasul mengajarkan
demikian kepada kita dalam sabdanya,
وَالَّذِى نَفْسِ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَيَسْمَعُ
بِى أَحَدُ مِنْ هذِهِ الأُ مَّةِ يَهُوْدِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوْتُ
وَلَمْ يُؤْمِنُوْا بِالَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ اِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ
النَّارِ (رواه مسلم)
“Demi Zat yang diri Muhammad
berada dalam genggaman-Nya, tidaklah seorang pun Yahudi dan Nasrani dari umat
ini yang mendengar (seruan)ku kemudian meninggal dunia dan dia belum beriman
dengan ajaranku kecuali dia termasuk penghuni neraka”. (H.R. Muslim).
Tentu setiap muslim yang
istiqamah dengan keislamannya tidak akan pernah tergiur oleh produk pemikiran
yang rusak seperti yang ditawarkan kaum pluralis, suatu kaum yang amat berat
mengatakan kafir pada orang-orang yang sudah dijelaskan oleh Allah dan
rasul-Nya tentang kekufurannya. Mereka juga kaum yang senang mengubah maksud
firman-firman Allah dengan kesimpulan-kesimpulan yang berlawanan.
Bagi
kita, Allah telah menyelesaikan hubungan Islam dengan agama-agama lain secara
tuntas dan gamblang melalui Al-Quran dan As-Sunnah. Misi perdamaian yang mereka
dengungkan dengan cara mengacak-acak ajaran Islam, tidaklah menyelesaikan
masalah, tapi hanya akan melahirkan konflik baru yang berkepanjangan di antara
sesama internal kaum muslimin atau antar umat beragama dalam pro-kontra tentang
pemahaman kacau yang mereka tawarkan.
Bagaimana
mungkin kita harus mempertemukan ajaran Islam yang secara jelas mengesakan
Allah, dengan Yahudi, Nasrani, Budha, Hindu atau agama-agama lain yang secara
terang-terangan menyekutukan-Nya? Mohammad Natsir, sebagaimana dikutip Adian
Husaini, menyebut kaum pluralis sebagai dokter yang memberikan "obat
sintesa", obat ini mengandung inti bahwa semua agama sama-sama baik.
Natsir melanjutkan, "Akhir kesudahannya menghasilkan satu agama gado-gado,
Budha tanggung, Islam tidak, Kristen tak tentu. Walaupun bagaimana, hasil dari
perawatan dokter yang macam ini bukanlah agama Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad saw."
…
Penulis:
Ustad Ramdan Priatna
What is a no deposit bonus at CasinoDaddy
BalasHapusPlay free slots. 서귀포 출장샵 CasinoDaddy.com CasinoDaddy offers a great selection of table games, 김해 출장샵 slots and live dealer games. No 포항 출장샵 deposit casino bonus: Claim 서산 출장안마 a bonus code. 태백 출장샵