Prolog
Di dalam bahasa Arab, bohong atau
dusta disebut dengan Al-Kadzibu. Pengertian sederhana dari Al-Kadzibu adalah sikap sengaja
mengatakan sesuatu yang tidak benar dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Berbohong itu merupakan akhlak madzmumah (akhlak
tercela). Tidak layak seorang muslim melakukan kebohongan. Seorang muslim itu
harus menjunjung tinggi kejujuran. Perilaku suka berbohong meruopakan satu ciri
di antara ciri orang-orang munafik sebagaimana sabda Nabi Muhammad, shallallahu
‘alaihi wa sallam,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ
وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Artinya: “Tanda-tanda
munafiq ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika
diberi amanat dia khianat.” (H.R.
Al-Bukhari).
Tugas
setiap orangtua untuk berusaha keras mendidik anaknya menjadi seorang yang
jujur dan menghindarkan diri dari perilaku bohong. Jika banyak orang yang
merasa beruntung dengan kebohongan, maka para orangtua harus mengajarkan kepada
anaknya bahwa keberuntungan itu hanya akan diperoleh melalui sikap jujur, bukan
melalui sikap bohong. Ingatkanlah mereka dengan sabda Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ
الصِّدْقَ يَهْدِي إِلىَ البِرِّ وَإِنَّ البرَّ يَهْدِيْ إِلىَ الجَنَّةِ وَمَا
يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتىَّ يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ
صِدِيْقاً وَإِيَّاكُمْ وَالكَذِبَ فَإِنَّ الكَذِبَ يَهِدِى إِلىَ الفُجُوْرِ
وَإِنَّ الفُجُوْرَ يَهْدِي إِلىَ النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ
وَيتَحَرَّى الكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كذاباً
Artinya:
“Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan
menghantarkan kepada surga. Seseorang yang berbuat jujur oleh Allah akan
dicatat sebagai orang yang jujur.Dan sesungguhnya kedustaan mengantarkan kepada
keburukan dan sesungguhnya keburukan itu mengantarkan kepada neraka dan
sesungguhnya seseorang itu selalu berkata dusta sehingga dicatatlah ia di sisi
Alloh sebagai seorang pendusta.” (H.R. Bukhari
dan Muslim).
Hasan bin Ali selalu ingat
apa yang disampaikan Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam waktu ia masih kecil,
“Saya hapal nasihat dari Rasulullah
‘Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu.
Sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan dan kedustaan adalah keraguan’.” (H.R. At-Tirmidzi dishahihkan Al-Albani)
Mengapa Anak Suka Berbohong?
Ada banyak penyebab mengapa anak
berbohong. Di antaranya,
1.
Contoh buruk dari orangtua dan lingkungannya.
Maksudnya,
si anak meniru kebohongan yang dilakukan orangtua dan lingkungannya hidup.
2.
Menghindarkan diri dari hukuman.
Ia berbohong karena khawatir mendapatkan
hukuman dari orangtua, guru, atau temannya baik hukuman itu bersifat fisik atau
pun non fisik (hukuman verbal). Jadi ia trauma atas perlakuan orangtua pada
dirinya. Misal, si anak jelas-jelas memecahkan piring. Datanglah orangtua
dengan wajah marah. Si anak takut karena sebelumnya juga pernah memecahkan
piring dan dihukum pukul oleh orangtuanya atau mungkin diejek, “Dasar
ceroboh, letoy dsb.”
3.
Berbohong untuk menarik simpati dan perhatian
Anak berbohong demi mendapatkan perhatian
dari oranglain, misalnya dari teman-temannya. Ia mengaku kemarin naik kapal
terbang bersama ayahnya. Hal itu anak lakukan semata-mata ingin mendapat
perhatian dri teman-temannya.
4.
Anak berbohong untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya.
Anak mengetahui bahwa dia tidak akan dapat
memperoleh apa yang diinginkannya jika bersikap jujur. Oleh karena itu, anak
berbohong demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Misal ia berkata pada
temannya, “Eh, itu mobil-mobilanmu ada
kotoran ayamnya. Ih jijik. Setelah dibuang oleh temannya, malah diambil
olehnya.”
Tips Agar Anak Tidak Suka Berbohong?
1.
Orangtua
harus menjadi teladan kejujuran
2.
Mengajarkan
nilai kejujuran dan buruknya kebohongan
3.
Mengajarkan
kesederhanaan dan rasa bersyukur
4.
Menghindari
marah yang tidak perlu dan tidak pada tempatnya
5.
Menanamkan
rasa percaya diri yang kuat
6.
Menjaga
kepercayaan anak kepada orangtua
Menghadapi Anak yang Sudah Kadung Suka Berbohong
1.
Sebagai
orang tua kita dituntut untuk bijaksana. Bila kita mendapati anak berbohong
kita tidak boleh langsung marah-marah, mengadili anak dengan berbagai macam
konsep dosa dan neraka. Efeknya, anak akan tetap berbohong.
2.
Cari tahu
benarkah anak berbohong dan untuk apa ia berbohong. Tidak perlu marah, bersikap
menyelidik, menghakimi atau dengan mengancam. Jika anak merasa terancam, lain
waktu ia tidak akan mengaku, bahkan akan berusaha mengarang kebohongan lain.
3.
Jika anak
berbohong, beri pengertian kepada anak bahwa perilaku berbohongnya tidak
disukai dan dapat berakibat buruk bagi dirinya dan orang lain. Misal akan
dijauhi teman, bisa diceritakan kisah penggembala dan srigala.
4.
Kebohongan
yang tidak bertujuan negatif tidak perlu diberi hukuman. Misalnya karena anak
sedang berfantasi. Pada usia tertentu anak sangat asyik dengan dunianya yang
penuh imajinasi, terkadang ia tidak dapat membedakan mana yang nyata mana yang
tidak nyata. Misalnya jika ia bercerita tentang Malaikat yang mengajaknya
terbang ke langit.
5.
Hukuman baru
diberikan jika kadar dan akibat kebohongannya benar-benar parah. Namun jangan
menghukum dengan hukuman fisik. Berikan hukuman yang mendidik misalnya berupa
hukuman sosial, atau dengan memutus beberapa fasilitas anak. Misalnya dengan
memberlakukan larangan menonton acara televisi kesukaannya atau memberikan
tugas membersihkan kamar tidur.
6.
Kebiasaan
berbohong pada anak dapat dikurangi dengan mempererat hubungan antar orang tua
dan anak. Jika anak dekat dengan orang tua, ia akan lebih terbuka sehingga ada
rasa saling mempercayai dan menghargai. Jadi, luangkan waktu kita untuk bersama
anak-anak.
7.
Salurkan
kreatifitas dan kemampuan imajinasi anak untuk kegiatan-kegiatan positif.
Misalnya bermain sandiwara, menulis cerita, menggambar bebas dan
lain-lain.
Apakah Sama Sekali Tidak Boleh Berbohong kepada Anak?
Seringkali, orangtua menemui
kesulitan saat harus mengatakan kebenaran pada anak. Itu sebabnya, sadar atau
tidak sadar, orangtua sering melontarkan ‘bohong putih’.
Misal ada anak yang kulitnya
hitam. Si anak mengadu kepada ayahnya karena sering diledek oleh
teman-temannya. Kemudian sang ayah menghibur anaknya ini dengan mengatakan
bahwa kulit anaknya tidak hitam. Sang ayah anaknya bahwa teman-temannya salah. Ini
dinamakan ‘bohong putih’ (White lie).
'Bohong putih' sering diartikan para orang tua sebagai
kebohongan untuk tujuan baik anak. Dalam hal ini, untuk menyederhanakan masalah
atau melindungi kepolosan anak yang belum cukup umur mengerti topik pembicaraan
tertentu.
Meski banyak orang menganggap
'berbohong putih' yang dilakukan sesekali tidak apa-apa, namun dari sisi
psikologi perkembangan anak, 'berbohong putih' tetaplah suatu kebohongan yang
bisa berdampak negatif bagi anak.
Inilah beberapa dampak ‘berbohong putih’ pada
anak:
1.
Anak tidak
dididik soal moral baik dan buruk, dengan cara tidak mengatakan hal sebenarnya.
2.
Membuat anak
menerima pesan yang salah dan membingungkan, yang dapat memengaruhi mereka
dalam kehidupan bermasyarakat kelak.
3.
Menimbulkan
tanda tanya dan rasa tidak nyaman pada anak.
4.
Membuat anak
meniru cara yang dicontohkan orang tuanya jika kelak ia berada di situasi sama.
5.
Membuat anak
tidak belajar mengembangkan nalarnya, karena ia seolah-olah dibungkam dengan
jalan pintas. Padahal, anak seharusnya memiliki kemampuan analitik untuk
belajar mengapa begini mengapa begitu.
Jadi, apa yang sebaiknya Anda
lakukan? Ahli perkembangan anak mengatakan bahwa yang terbaik adalah
menghindari berbohong. Selalu jawab dengan jujur dan beri anak penjelasan
sesuai kemampuannya menyerap informasi.
Bahkan berdasarkan ilmu
psikologi, anak yang suka dibohongi walaupun white lie akan jadi
penakut. Misal anak yang susah makan, lalu kita katakan, “Kalau kamu tidak
mau makan, nanti kamu ditangkap polisi, atau sakit dan disuntik oleh dokter
galak, atau akan didatangi pocong.” Akhirnya anak tumbuh dengan perasaan
takut ketemu polisi, dokter, dan percaya pocong.
Epilog
Setiap kita yang telah diberi
karunia anak. Jadikanlah buah hati kita menjadi penyejuk hati. Agar buah hati
kita menjadi penyejuk hati maka wajib bagi setiap kita memiliki ilmu yang cukup
dalam mendidik dan membimbingnya. Semoga kajian kita kali ini menjadi ilmu dan
pencerahan bagi kita agar kita bisa mengajarkan kepada anak kita nilai-nilai
kejujuran dan menghindarkan anak kita dari sifat dan kebiasaan berbohong.
Semoga Allah memberi kemudahan
kepada kita untuk mendidik anak-anak kita menjadi calon penghuni Jannah. Amin
Allahumma Amin.
…
Penulis: Ustad
Ramdan Priatna (artikel di atas diolah dari berbagai sumber bacaan)
0 komentar:
Posting Komentar