Walaupun iblis la’natullahi ‘alaih sudah
berhasil menyesatkan banyak manusia dari jalan kebenaran, tampaknya mereka
tidak akan merasa puas untuk terus menambah jumlah teman-temannya yang nanti
akan sama-sama menghuni neraka. Sebagai makhluk licik dan serakah, iblis pasti
konsisten melancarkan makar-makar dan tipu muslihat dalam menggoda manusia,
baik yang sudah durjana maupun berupaya menggelincirkan hamba-hamba Allah yang
shaleh sampai titik darah penghabisan.
Hari ini, kita kaum muslimin dengan jumlah lebih dari
satu milyar pengikut yang tersebar diberbagai belahan bumi (menjadi penduduk
mayoritas di 48 negara), menyaksikan sebuah realitas global yang terhampar
begitu jelas di depan mata kepala, bahwa ternyata kader-kader binaan iblis
begitu banyak, mereka merangsek dan membobol pertahanan kita semua. Mereka
adalah Barat sekuler dengan dominasi dan hegemoninya yang sangat merusak
seluruh tatanan dan aspek kehidupan umat Islam, baik berkaitan dengan aspek
politik, hukum, ekonomi, maupun sosial-budaya. Akibatnya, sangat mudah kita
menemukan generasi yang masih mengaku muslim, namun mereka tidak terikat oleh
ajaran Islam. Generasi yang lebih senang diatur oleh sistem hukum jahiliyyah
dan ekonomi kapitalis ketimbang hukum dan sistem perekonomian Islam. Pola
pemikiran dan gaya hidupnya jauh dari tuntunan Al-Quran dan As-Sunnah. Mereka
tidak pernah menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar, malah
menjustifikasi kesalahan dan menyudutkan yang benar.
Kerusakan yang telah ditimbulkan ‘ideologi Barat’ telah
mencapai titik nadir dan amat mengenaskan. Korbannya bertebaran dimana-mana.
Tidak usah jauh-jauh, mungkin korbannya adik kakak kita, ibu bapak atau
teman-teman terdekat kita. Kerusakan ini memang telah diprogram dan
direncanakan jauh-jauh hari untuk melumpuhkan umat Islam. Genderang peperangan
mereka tabuh melalui tema ghazwul fikri.
Tentunya serangan brutal ghazwul fikri ini perlu
diladeni, dibalas, dan dikalahkan. Korbannya harus diobati dan disembuhkan,
sementara yang belum terkena harus diselamatkan. Rasanya berdosa bila kita
tidak ikut berperan dalam kancah penanggulangan ini dan membiarkan manusia
hidup dalam jeratan-jeratan tali syetan yang mengikat. Belum terlambat bila
kita merencanakan langkah konkrit untuk membangun umat Islam yang memiliki ‘stamina
spiritual’ yang prima, sehingga dapat terhindar dari racun ghazwul
fikri.
Pengertian Ghazwul Fikri
Secara etimologi Ghazwu artinya menyerbu,
menyerang. Sedangkan Al-fikri berarti pikiran atau pendapat (Kamus
Al-Munawwir). Menurut istilah, M. Ba’abullah mendefinisikan Ghazwul fikri
sebagai menguasai pemikiran orang, penjajahan jiwa, atau mengubah cara berfikir
dan pandangan hidup orang sesuai dengan yang diinginkan oleh lawannya.
Bila konteks ghazwul fikri lebih dispesifikkan lagi
dengan menggunakan kaca mata prediksi Samuel Huntington dalam bukunya ‘Clash
of Civilization’, Huntington memprediksikan Islam sebagai ancaman hijau (green
manace) nomor satu bagi Barat (khususnya Amerika Serikat). Barat merasa
tidak leluasa untuk membaratkan dunia selama ada Islam. Barat merasa harus
melakukan pencitraan buruk dan mensosialisasikan opini negatif tentang Islam.
Berpijak dari argumentasi di atas, maka
ghazwul fikri bisa diberi makna perang pemikiran yang dilancarkan Barat
terhadap Islam dengan tujuan untuk menyerang, menyerbu, menguasai dan
mengalahkannya kemudian diganti sesuai dengan keinginan, pikiran, dan pendapat
mereka.
Orang-orang yang berkecimpung dalam harakah-harakah
Islamiyyah, biasa menyebut ghazwul fikri ini dengan istilah perang urat syaraf.
Disebut perang, sebab ia memakan korban, mengakibatkan kerusakan dan
kehancuran. Disebut urat syaraf, karena alat peperangannya bukan bedil, tank
ataupun pesawat tempur, tetapi seluruh produk pemikiran.
Ada beberapa perbedaan antara perang fisik (‘asykari/militer)
dengan ghazwul fikri, yaitu:
1.
Perang militer memiliki wilayah
teritorial atau medan tempur tertentu. Bisa terjadi di darat, laut atau udara.
Sedangkan ghazwul fikri, dimana dan kapan pun perang bisa dilakukan. Sebagai
contoh, perang di dunia cyber. Tahun 2001 masyarakat muslim pengguna internet
menuntut ISP untuk menghentikan sebuah website yang mengobarkan semangat
kebencian, permusuhan, dan kekerasan pada agama Islam. Ternyata website itu
dikelola kelompok Hindu militan bekerja sama dengan kelompok radikal Yahudi di
Brooklyn.
2.
Senjata dan peluru yang digunakan
dalam perang militer memiliki ukuran dan bentuk yang jelas dan dapat dilihat.
Dalam ghazwul fikri, senjata dan pelurunya lebih kompleks.
3.
Dalam perang militer, jumlah
pasukan yang diturunkan dapat diperhitungkan sehingga kita pun sedikit
banyaknya bisa mendeteksi kelebihan dan kelemahan lawan. Dalam ghajwul fikri,
teramat sulit mengkalkulasikan jumlah lawan.
4.
Dalam perang militer, orang
benar-benar menyadari bahwa dirinya sedang berperang, dan bila menjadi korban,
ia akan merasakan sakitnya. Dalam perang urat syaraf, betapa banyak orang
muslim yang tidak merasa menjadi korban peperangan.
Al-Quran sebagai kitab rujukan umat Islam telah
mengingatkan fenomena peperangan ini dalam beberapa surat sebagai berikut,
يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُطْفِؤُوْا نُوْرَ اللهِ
بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأبَى اللهُ اِلاَّ اَنْ يُتِمَّ نُوْرَهُ وَلَوْ كَرِهَ
الْكَافِرُوْنَ
“Mereka
berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut-mulut mereka, tetapi
Allah enggan terkecuali menyempurnakan cahaya-Nya, sekalipun orang-orang kafir
tidak suka.”(Q.S. At-Taubah: 32).
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلاَ النَّصَارَى
حَتى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“Tidak akan mungkin Yahudi dan
Nasrani ridha kepadamu kecuali engkau mengikuti pedoman hidup mereka.” (Q.S. Al-Baqarah: 120).
وَلاَ يَزَالُوْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ حَتى يَرُدُّوْكُمْ
عَنْ دِيْنِكُمْ اِنِ اسْتَطَاعُوْا
“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai
mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu seandainya mereka mampu.” (Q.S. Al-Baqarah: 217).
Menurut Dr. Sa’id Hawwa, tujuan akhir ghazwul fikri
ini adalah deislamisasi )penghancuran ajaran Islam(. Oleh
karenanya beliau mewanti-wanti bahwa mengetahui musuh, tantangan, rencana jahat
dan strateginya sangat urgen dalam kehidupan seorang muslim modern. Seorang
muslim jika tidak tahu hal ini, ia akan tetap dalam kelalaian. Akibatnya ia
dikendalikan sesuai dengan kehendak orang kafir tersebut dan ia tidak merasa
dikendalikan. Sungguh ironis sekali.
Musuh umat Islam itu adalah setiap orang yang
menentang kehendak Islam, baik mereka yang datang dari Yahudi, Nasrani,
musyrikin, munafik, atheis dan lain-lain.
Ghazwul Fikri, Format Perang Abad Kontemporer
Ghazwul fikri merupakan format penjajahan yang digagas
saat penjajahan dalam bentuk militer dirasakan kurang efektif lagi untuk
mencapai misi menguasai dunia Islam. Perang militer membuat umat Islam bangkit
tersadar dan melawan serta mengusir penjajah. Yel-yel jihad sering
membuat penjajah bergetar ketakutan.
Oleh karenanya, ghazwul fikri dianggap usaha yang
lebih logis dan cerdas untuk melumpuhkan kesadaran umat Islam itu. Orang-orang
Nasrani sangat berpegang pada hal ini. Seorang missionaris fanatik, Samwel
Zwemmer berkata:
“Tidak sepatutnya seorang
missionaris Nasrani gagal, putus asa, atau kehabisan energi. Jika ia merasa
bahwa usahanya untuk menarik orang-orang muslim ke dalam Nasrani tidak
membuahkan hasil, cukuplah jika engkau dapat menjadikan Islam sebagai ajaran
yang menyesatkan kaum muslimin oleh karena kebimbangan sebagian di antara
mereka. Ketika engkau dapat menciptakan kebimbangan seorang muslim dan
menjadikan Islam agama yang menyesatkan mereka, berarti engkau berhasil, wahai
kaum Nasrani! cukuplah engkau dapat menciptakan kebimbangan itu tanpa harus
menjadikan seorang muslim menjadi penganut Nasrani.”
Sementara upaya Yahudi dalam menggempur pertahanan
Islam, salah satunya dengan pendominasian pers. Awalnya mereka lebih bangga
bila anaknya menjadi seorang dokter, dosen, pengacara, atau insinyur. Setelah
perang dunia II terjadi pergeseran paradigma, mereka mulai menyadari urgensi
pers ini, sehingga sekarang kita menyaksikan kaum Yahudi menguasai media-media
elit, baik media massa seperti Newyork time, CNN atau jaringan televisi
terkemuka seperti CBS, NBC dan sebagainya.
Tampaknya upaya Barat sekuler, Nasrani dan Yahudi ini
telah memetik hasil yang cukup memuaskan nafsu mereka, telah banyak negara
mayoritas muslim yang menjadi korban keganasan hantu ghazwul fikri ini. Dr. Ali
Abdul Halim Mahmud menjelaskan bentuk-bentuk korban ghazwul fikri ini sebagai
berikut:
1.
Suatu negara kecil membangun
dirinya dengan prinsip, keyakinan, pemikiran, moralitas, maupun nilai-nilai
kehidupan suatu negara besar. Maka ia pun mengubah kepribadian, prinsip
nasionalisme, peradaban terkini, dan masa depan sebagaimana yang dianut oleh
negara besar itu.
2.
Suatu masyarakat kecil mengambil
sistem pendidikan suatu masyarakat besar, maka jadilah masyarakat kecil itu
sangat tergantung kepadanya dalam mendidik generasi muda.
3.
Suatu masyarakat besar
melancarkan perang kepada masyarakat kecil dengan segala sarana yang beraneka
ragam. Ia perangi sejarahnya dan kisah kepahlawanan orang-orang shaleh dari
putra-putranya, untuk kemudian digantikan dengan sejarah masyarakat besar
lengkap dengan kisah kepahlawanan para tokohnya.
4.
Fenomena penjajahan yang
dikobarkan oleh negara-negara besar yang dengki kepada Islam; kepada Al-Quran,
hadits, dan sejarah hidup nabi, agar kaum muslimin terpisah dari kitab, ajaran
agamanya.
5.
Serangan terhadap bahasa Arab
dengan tujuan menggantikannya dengan bahasa lain, atau diselewengkan dengan
bahasa pasaran yang kacau sehingga umat Islam banyak yang keliru dalam memahami
Al-Quran.
6.
Penggantian akhlak umat Islam
dengan akhlak yang lebih buruk. Umat Islam memiliki etika, moralitas yang
dibimbing wahyu, semuanya itu ingin dilenyapkannya.
Memang pada kenyataannya, perang fisik tetap
dilancarkan oleh imperialisme Barat dalam hal ini Amerika pada beberapa wilayah
negara dengan mayoritas penduduk muslim. Tetapi jangan lupa, keberanian para
kolonial mengobarkan perang fisik ini setelah mereka melancarkan perang urat
syaraf secara intensif dan kontinyu. Tidak tanggung-tanggung mengeluarkan biaya
milyaran bahkan triliyunan dollar untuk membuat opini publik bahwa mereka tidak
sedang memerangi Islam dan kaum muslimin, tetapi memerangi musuh bersama, yaitu
jaringan teroris internasional. Sebuah proyek penggiringan opini masyarakat
pada reality pseude (realitas semu), seolah-olah riil padahal bohong.
Dan hasilnya, saat perang dilakukan, banyak kaum muslimin tidak terpanggil rasa
ukhuwah islamiyyahnya bahkan kehilangan daya kritis terhadap berbagai tindakan
penyelewengan dan penyimpangan yang dilakukan kolonial Amerika pada saudara
kita di dua negara itu.
Solusi
Tidak ada lagi jalan untuk menghadapi kekuatan kaum
kafirin ini, kecuali terlebih dahulu mengembalikan umat Islam pada sumber
kekuatan yang utama, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah dengan pemahaman generasi
Islam pertama, yaitu generasi Rasul dan para sahabat, tabi’in dan tabiut
tabi’in.
Menempuh jalan ini berarti membuka wawasan umat untuk
mengenal siapa kawan dan mana lawan. Dengan jalan ini pula kran semangat jihad,
iqamatul hujjah (penegakkan hujjah) akan mengalir di dada kaum muslimin
dengan ditopang oleh iqamatul quwwah (penegakkan kekuatan).
Misbah Rosyadi, sewaktu masih menjabat sebagai
Redaktur Majalah Sabili, ia berpendapat, melawan arogansi kuffar yang kadung
menggurita, umat Islam harus mau kembali pada gerakan dakwah, yakni
mensinergiskan antara dakwah kultural dan dakwah struktural. Beliau memberi
contoh seperti yang terjadi di Kotamadya Padang Panjang Sumatera Barat. Di sana
dakwah kultural berjalan dengan membuat lingkungan yang se-islami mungkin, meniadakan
papan-papan reklame yang tidak senonoh dan menggantikannya dengan
billboard-billboard bertuliskan ayat-ayat suci Al-Quran yang disesuaikan dengan
tempatnya, di terminal dipasang ayat-ayat yang melarang perjudian,
mabuk-mabukan, di pasar ada larangan menipu dan berbuat curang.
Sedangkan dakwah struktural dilakukan oleh pejabat
setempat (walikota) yang mengintruksikan seluruh pegawai muslimah negeri, siswi
SLTP dan SLTA untuk menggunakan busana muslimah. Dampaknya, tidak jarang orang
segan masuk ke kantor tanpa salam terlebih dahulu.
Dr. Muhammad Sayyid Al-Musayyar mengatakan, untuk
menangkal musuh-musuh Islam, kaum muslimin perlu mempersiapkan para da’i yang
realisasinya sampai tingkat internasional dengan upaya sebagai berikut:
1.
Mendirikan lembaga-lembaga ilmu
pengetahuan dan universitas-universitas di negara-negara Islam dengan
menjadikan akidah Islamiyyah sebagai landasan berfikir.
2.
Menambah jumlah beasiswa bagi
anak-anak muslim untuk memperdalam agama.
3.
Mendirikan lembaga-lembaga riset
dan terjemah untuk meng-counter setiap tuduhan dan syubhat tentang
Islam.
4.
Memberi bantuan untuk mencetak
mushaf Al-Quran dan menterjemahkannya ke dalam berbagai bahasa di dunia.
5.
Menghidupkan budaya wakaf dan
investasi untuk pengembangan masyarakat Islam yang miskin.
Selain itu, beliau juga mengusulkan agar umat Islam
melakukan reformasi terhadap media. Reformasi media yang ia maksud ini mencakup
beberapa sisi sebagai berikut:
1.
Tujuan media massa tersebut
adalah pemantapan terhadap dakwah Islam, membangun kepribadian islami, dan
implementasi secara shahih terhadap kehidupan islami.
2.
Agar yang disiapkan menjadi orang
pers tersebut adalah orang-orang dakwah yang memerankan tujuan agung dan
menampilkan sosok muslim sejati.
3.
Agar lebih mengutamakan
probelematika keislaman kontemporer dengan kaca mata Islam.
4.
Agar lebih menampilkan sisi
perjuangan Islam modern, khususnya dalam bidang ekonomi, politik, ilmu
pengetahuan, dan militer.
5.
Agar memberikan model pendidikan
yang mencoba meraih ketinggian dan kehormatan dalam hal selera, pemikiran, dan
moral. Bukannya memenuhi nafsu dan syahwat manusia.
Sesungguhnya, andai umat Islam bersegera kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah dengan
pemahaman yang benar, yaitu pemahaman generasi Islam pertama, juga bersegera
melaksanakan beberapa nasehat ulama di atas, pasti Islam akan segera berjaya
kembali mengatur dunia, dan Barat akan gulung tikar dalam kehinaan dan
kehancuran.
…
Penulis
: Ustad Ramdan Priatna
0 komentar:
Posting Komentar